Minggu, 20 Januari 2013

Bakteri Amilolitik


Ailsa Giovanni
240210110018

VI. PEMBAHASAN

            Mikroorganisme yang terdapat di alam semesta ini memerlukan energi yang diperlukan untuk memepertahankannya hidup. Energi ini didapatnya dengan melakukan metabolisme dengan cara yang berbeda. Salah satunya adalah jenis mikroorganisme yang disebut dengan mikroba amilolitik. Kelompok mikroba ini antara lain adalah berbagai jenis kapang dan beberapa jenis bakteri. Pada praktikum ini, pengujian lebih dikhususkan pada pengujian bakteri amilolitik.
            Mikroorganisme yang bersifat amilolitik dapat memecah pati (amilum) yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa. Reaksi hidrolisis pati menyebabkan pencairan pati sehingga menyebabkan perubahan pada cita rasa makanan.
Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida. Polisakarida merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel. Kemampuan untuk memanfaatkan gula atau unsur yang berhubungan dengan konfigurasi yang berbeda dari glukosa merupakan hasil kemampuan organisme untuk mengubah substrat menjadi perantara-perantara sebagai jalur untuk fermentasi glukosa (Sukarminah, 2010).
Kemampuan untuk menghidrolisis amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim amilase. Amilum tidak dapat langsung digunakan, sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel (Sukarminah, 2010).
Fungsi uji positif hidrolisis amilum pada bakteri ditandai dengan tampaknya area jernih di sekitar pertumbuhan bakteri yang digoreskan. Adanya daerah jernih tersebut disebabkan eksoenzim dan organisme menghidrolisis amilum dalam medium agar. Fungi atau bakteri memproduksi α-amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik tersebut amat luas antara mikroorganisme, diantaranya bakteri Bacillus macerans, Bacillus polimexa, dan Bacillus subtilis (Sukarminah, 2010).
            Indikator yang digunakan pada uji amilolitik ini adalah yodium. Yodium 1% diteteskan tepat di atas koloni. Tujuan penetasan larutan yodium 1% diberikan untuk membuktikkan apakah bakteri yang tumbuh pada media adalah bakteri amilolitik. Pati yang tidak terhidrolisis akan membentuk warna biru dengan yodium yang menunjukkan tidak terdapatnya enzim amilase yang dihasilkan oleh bakteri selain bakteri amilolitik. Pati yang terhidrolisis di sekeliling koloni akan terlihat areal bening, sebagai akibat aktivitas enzim amilase. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati atau amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri. Menurut Fardiaz (1992) warna jernih atau bening pada sekeliling bakteri setelah ditambahkan iodium disebabkan karena amilum tidak dapat bereaksi lama dengan iodium. Areal berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukkan hidrolisis sebagian terhadap pati.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung jagung atau dengan nama lain adalah tepung maizena, tepung beras, tepung terigu, dan tepung tapioka.

6.2.1 Tepung Jagung
Kandungan pati (amilum) dalam tepung jagung mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji jagung (Anonimf, 2011). Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Tepung jagung yang dijadikan sampel kemudian dilakukan pengenceran sampai tahap 10-3. Sampel dengan pengenceran 10-2 dan 10-3 kemudian ditanam pada media NA yang memiliki spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri dengan menggunakan duplo per pengenceran. Kemudian inkubasi sampel tersebut di dalam inkubator dengan suhu 30oC selama tiga hari.
Hasil yang didapat dengan sampel tepung jagung setelah inkubasi adalah sebagai berikut :

Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
1 bakteri dan 1 kapang
-
1 kapang
1 bakteri
Bakteri yang tumbuh pada pengenceran 10-2 berwarna kuning dan berbentuk bulat serta kapang yang tumbuh juga berbentuk bulat, terlihat seperti serabut putih. Sedangkan pada pengenceran 10-3 didapat bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna putih. Hasil ini tidak sesuai dengan standar perhitungan Standar Plate Count (SPC), karena berdasarkan SPC, cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300. Jadi, nilai SPC tidak dapat ditentukan.
            Selanjutnya, untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Koloni yang awalnya berwarna putih, setelah ditetesi yodium tidak menunjukkan perubahan warna apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik yang dapat memecah pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bakteri amilolitik pada makanan dapat mengakibatkan perubahan pada cita rasa makanan. Sampel tepung jagung dalam praktikum tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri amilolitik, jadi tepung jagung ini layak untuk dikonsumsi.

6.2.1 Tepung Beras
            Tepung beras adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari beras yang digunakan untuk membuat kue. Tepung beras mengandung banyak pati dan protein tanpa gluten (Anonimd, 2009).
Hasil yang didapat dengan sampel tepung beras setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
49
17
43
15

Dari semua cawan petri, koloni yang tumbuh tidak hanya bakteri, melainkan tumbuh pula khamir dan kapang. Khamir dan kapang ini adalah sebagai kontaminan, karena pada praktikum menggunakan media NA yang berperan sebagai tempat tumbuh bakteri saja. Nilai SPC untuk sampel tepung beras ini adalah <<3,0x103 (1,4 x 103) cfu/g.
            Koloni yang tumbuh ditetesi yodium untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik pada tepung beras tersebut. Hasil yang didapat adalah koloni pada pengenceran 10-3 menunjukkan bakteri menghidrolisis pati secara sempurna yang ditandai dengan adanya areal bening di sekitar bakteri.

6.2.3 Tepung Terigu
              Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum yang digunakan untuk membuat kue atau mie. Tepung terigu mengandung banyak pati dan protein dalam bentuk gluten yang berperan dalammenentukan kekenyalan makanan            
              Hasil yang didapat dengan sampel tepung terigu setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
6
-
2
-
Koloni yang tumbuh pada pengenceran 10-2 dalam cawaa petri yang kedua tidak hanya bakteri, melainkan tumbuh pula khamir. Khamir ini sebagai kontaminan yang dapat berasal dari udara, alat praktikum yang tidak steril, ataupun dari kesalahan praktikkan yang bekerja secara tidak aseptik. Nilai SPC untuk sampel tepun terigu sulit ditentukan karena mikroorganisme yang tumbuh pada seluruh cawan petri kurang dari 30 koloni dan pada pengenceran 10-3 tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni.
        Selanjutnya, untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Koloni yang ditetesi yodium menunjukkan hasil yang negatif, yaitu tidak ada perubahan warna apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik dan tepung terigu ini layak untuk dikonsumsi.

6.2.4 Tepung tapioka

       Tepung tapioka adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu. Tepung ini memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai bahan pengental, bahan pengisi, bahan pengikat, dan untuk pengolahan daging (Anonime,2010).
Hasil yang didapat dengan sampel tepung tapioka setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
27
1
55
-
Koloni yang tumbuh pada pengenceran 10-2 tidak hanya bakteri saja, melainkan tumbuh pula khamir. Khamir ini sebagai kontaminan yang dapat berasal dari udara, alat praktikum yang tidak steril, ataupun dari kesalahan praktikkan yang bekerja secara tidak aseptik. Nilai SPC untuk sampel tepung tapioka ini adalah 3,1x103 (rata-rata dari pengenceran 10-2).
            Selanjutnya, untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Setelah ditetesi yodium, koloni tidak menunjukkan perubahan warna apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik yang dapat memecah pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bakteri amilolitik pada makanan dapat mengakibatkan perubahan pada cita rasa makanan. Sampel tepung tapioka dalam praktikum tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri amilolitik, jadi tepung tapioka ini layak untuk dikonsumsi.
            Praktikum ini tidak dilakukan pewarnaan gram, sehingga sulit untuk menentukan bakteri apa yang tumbuh. Umumnya mikroorganisme yang bersifat amilolitik adalah kapang dan sedikit kelompok bakteri. Namun, karena media yang digunakan adalah NA yang mempunyai spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri maka kapang yang tumbuh adalah kontaminan.
            Kelompok bakteri amilolitik termasuk ke dalam kelompok bakteri sakarolitik karena kemampuannya menghidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi molekul yang lebih sederhana. Bakteri yang tergolong bakteri amilolitik antara lain yaitu Bacillus subtilis dan Clostridium butyricum yang dapat memproduksi enzim amilase dan memecah pati diluar sel. Selain itu,  Bakteri berbentuk stapilokokus yang diduga tumbuh adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini memiliki kemampuan menghasilkan enzim amilase yang digunakan untuk mendapatkan energi dari amilum. Contoh kapang amilolitik antara lain  Fusarium dan Penicillium (Fardiaz, 1992).
   
VII. KESIMPULAN

1.      Makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi mudah diserang oleh mikroorganisme amilolitik karena karbohidrat lebih mudah dipecah dan digunakan oleh mikroorganisme dibandingkan dengan protein dan lemak
  1. Kerusakan yang terjadi akibat sifat amilolitik ini antara lain saat terjadi reaksi hidrolisis, pati akan mencair dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan cita rasa dan tekstur dari makanan tersebut. 
  2. Untuk mendeteksi terjadinya hidrolisis pati oleh mikroorganisme yang tumbuh, koloni yang terbentuk ditetesi dengan larutan yodium 1%. 
  3. Setelah ditetesi yodium 1%, warna areal bening menunjukkan patti terhidrolisis sempurna. Warna koloni biru menunjukkan pati tidak terhidrolisis. Warna koloni coklat menunjukkan pati terhidrolisis sebagian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2009. About Madu. Available at: http://www.mail-archive.com/milis-nova@news.gramedia-majalah.com/msg00143.html. Diakses pada 3 Juni 2012.

­­­______b. 2009. Habitat Mikroorganisme. Available at: http://pepsicola-06.blogspot.com/2009/01/habitat-mikroorganisme-1.html 90509/1400 Diakses pada 3 Juni 2012.

______c. 2009. Ilmu Pangan. Available at: http://www.ilmupangan.com/ index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=44. Diakses pada 3 Juni 2012.

______d. 2009. Tips Pengolahan Tepung Beras. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b31. Diakses pada 3 Juni 2012.

______e. 2010. Pengolahan Pangan Tepung Tapioka. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b30 Diakses pada 3 Juni 2012.

______f. 2011. Tepung Maizena. Available at: http://sukamasak.com/bahan-masakan/2010/09/tepung-maizena Diakses pada 3 Juni 2012.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Sukarminah E., Sumanti, D.M. dan Hanidah,I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Penerbit Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Tjahjadi, C. dan Herlina, M. 2008. Pengantar Teknologi Pangan (Volume II). Penerbit Universitas Padjadjaran : Jatinangor.

Pengujian Alat dan Teknik Praktikum Mikrobiologi Pangan

Ailsa Giovanni
240210110018

VI. PEMBAHASAN

            Mempelajari mikroorganisme dalam ilmu Mikrobiologi yang berukuran sangat kecil, seorang praktikan membutuhkan laboratorium untuk melakukan eksperimen-eksperimen mengenai mikroorganisme itu. Di dalam laboratorium, bisa dilakukan berbagai macam eksperimen mengenai mikroorganisme, contohnya seperti mempelajari media pertumbuhan, pengetesan jumlah mikroba dalam suatu bahan, melakukan inkubasi mikroorganisme dan sebagainya.
            Dalam membantu praktikan melakukan percobaan mengenai mikroorganisme, diperlukan adanya alat-alat dalam laboratorium yang sangat kualitatif dan kuantitatif untuk melancarkan keberhasilan praktikan dalam melakukan praktikum.
            Pengenalan alat-alat laboratorium sangat penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Sebab pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat mengetahui cara-cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar. Sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisir sesedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang.
            Untuk menunjang keberhasilan praktikum, maka dibutuhkan pengetahuan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium yang digunakan agar alat maupun bahan praktikum tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme. Adapun berbagai cara untuk mensterilkannya yaitu dengan penyemprotan akohol 70% di sekitar lingkungan dan tangan ketika hendak memegang alat praktikum, dan juga dengan mendekatkan alat-alat ke bunsen jika sudah terdapat kultur di dalam alat tersebut. Pensterilan juga harus dilakukan pada masing-masing praktikan dengan cara memakai jas laboratorium, masker (penutup mulut) dan juga sarung tangan, hal ini juga bertujuan untuk melindungi praktikan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
            Dalam praktikum pengenalan alat dan teknik praktikum akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut. Contoh
peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi dijelaskan sebagai berikut :

Mikroskop         
           Mikroskop berfungsi untuk melihat benda-benda atau organisme yang berukuran sangat kecil. Pembesaran oleh suatu mikroskop merupakan hasil dari 2 sistem lensa, yaitu :

·         Lensa Obyektif, terletak di dekat obyek. Lensa obyektif terdiri dari kombinasi lensa konveks dan lensa konkaf.

·         Lensa okuler, terletak di bagian atas di dekat mata orang yang melihat.


Cawan Petri
            Cawan petri berfungsi sebagai tempat untuk menumbuhkan dan memelihara mikroorganisme secara kuantitatif dan sebagai tempat pengujian sampel. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dan dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup menampung media sebanyak 10 ml.
Untuk menghindari kontaminasi dengan lingkungan luar, perlu diperhatikan cara membuka dan menutup cawan petri dengan baik. Ketika membuka dan menutup cawan petri diusahakan selalu dekat dengan pembakar bunsen yang fungsinya adalah untuk menghindari kontaminasi. Perlu diperhatikan pula ketika inkubasi, letakkanlah cawan petri dalam posisi terbalik agar uap yang tersisa pada bagian tutup tidak jatuh membasahi media.
Sebelum disterilisasi, cawan petri harus dibungkus terlebih dahulu dengan kertas coklat atau kertas putih satu per satu dengan tujuan meminimalisir terjadinya kontaminasi. Cara membungkusnya yaitu dengan menggulung sisa kertas yang telah menyelimuti cawan pada bagian atasnya, kemudian ujung-ujungnya dilipat seperti kado.
Cara memindahkan kultur ke cawan petri juga harus diperhatikan. Ada cara khusus, yaitu dengan menggunakan jarum inokulasi atau Ose yang disebut dengan streak agar. Ose yang telah dicelupkan pada media berisi mikroorganisme kemudian digoreskan pada cawan secara zig-zag.




Tabung Reaksi
Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk menyimpan mikroorganisme dalam medium cair (broth) maupun padat. Agar tabung reaksi tetap steril, maka dalam penggunannya dapat digunakan sumbat atau penutup. Macam-macam sumbat, antara lain sumbat kapas, sumbat ulir, sumbat logam (stainless steel), dan sumbat plastik. Pada praktikum kali ini, tabung reaksi disumbat menggunakan kapas yang dibulatkan dan dibungkus dengan kasa. Dalam pembuatan sumbat kapas harus sangat diperhatikan. Banyaknya kapas yang digunakan harus pas sehingga dapat menutup tabung reaksi dengan sangat rapat. Jika tidak maka mikroorganisme dalam tabung rekasi akan mudah terkontaminasi dengan mikroorganisme di lingkungan sekitar.
Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (Deep Tube Agar) dan agar miring (Slants Agar).
Untuk menyimpan tabung reaksi digunakan rak tabung reaksi. Ukurannya bermacam-macam dan jumlah lubangnya pun beragam. Ada dua jenis tabung reaksi yaitu yang terbuat dari kayu dan besi. Penggunaan rak tabung kayu lebih baik karena tidak menghantarkan panas dan lebih nyaman dipakai. Pada bagian rak tabung terdapat bagian khusus yang dipakai untuk tabung reaksi yang baru dicuci sehingga sisa air dalam tabung terbuang keluar dan mempercepat pengeringan dari tabung tersebut. Dengan cara itu mikroorganisme akan sulit tumbuh.

Pipet Ukur
            Pipet ukur adalah alat yang terbuat dari gelas atau plastik, yang berfungsi untuk memindahkan kultur secara steril. pipet ini memiliki skala 1 ml, 5 ml, dan 10 ml. Selain itu dapat digunakan untuk mengambil larutan dengan volume terttentu. Untuk mengambil larutan digunakan ball pipet.

Ball Pipet
            Ball pipet adalah alat untuk menyedot dan mengeluarkan larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur. Karet sebagai bahan ball pipet merupakan karet yang resisten bahan kimia. Ball pipet memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A (Aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (Suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Kemudian katup E (Exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur.
      Dengan menggunakan bulb pipet ini akan memudahkan mengambil atau menaruh cairan karena kecepatan dan ketepatan banyaknya cairan dapat kita atur sesuai dengan kebutuhan. Hati-hati jangan sampai zat cair masuk ke bagian atas ball pipet, karena hal ini akan menyebabkan kerusakan dalam praktikum mikrobiologi pangan. Ball pipet digunakan untuk mengambil sampel dari tabung reaksi dan menaruh sampel ke dalam cawan petri.

Jarum Inokulasi / Ose
Ose berfungsi untuk memindahkan kultur mikroorganisme Ada 2 macam ose, yaitu ose lurus (Inoculating Needle/Transfer Needle) untuk menanam mikroorganisme dan ose bulat (Inoculating Loop/Transfer Loop) untuk menggores mikroorganisme yang biasanya secara zig-zag. Ose terbuat dari nichrome atau platina sehingga dapat berpijar jika terkena panas.

Beaker Glass
            Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Penggunaan beaker glass dalam praktikum mikrobiologi pangan adalah sebagai alat untuk menampung berbagai macam bahan kimia, alat pembantu penimbangan menggunakan neraca analitik, dan untuk melarutkan media yang biasanya berupa serbuk agar.

Labu Erlenmeyer
Erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan atau cairan. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dan lain-lain. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dan sebagainya.
           Cara menyumbat labu Erlenmeyer sama dengan cara menyumbat tabung reaksi yaitu menggunakan kapas. Penyumbatan dengan kapas dilakukan ketika labu Erlenmeyer tersebut akan disterilisasi.

Gelas Ukur
            Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan. Gelas ukur dapat disterilisasi menggunakan oven bersama peralatan praktikum lainnya, karena bila terjadi pemuaian tidak akan memengaruhi hasil akhir yang diamati.

Spatula
            Digunakkan untuk mengambil padatan, misalnya media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Kaca Preparat
            Merupakan lempengan kaca tipis yang digunakan untuk menyimpan sampel (objek glass) yang akan diamati melalui mikroskop. Biasanya setelah sampel diletakkan, digunakan kaca lain (cover glass) untuk menutupi sampel tersebut sehingga posisinya tidak berubah.

Tabung Durham
            Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil dan berfungsi sebagai indikator terjadinya fermentasi yaitu dengan ditandai dengan adanya gas yang tertampung dalam tabung tersebut. Tabung ini bekerja dengan metode MPN (Most Probable Number). Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara). Tabung durham dapat disterilisasi menggunakan autoclave.

Bunsen
            Bunsen berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril. Biasanya untuk sterilisasi jarum ose, mulut tabung reaksi, dan cawan petri. Bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru. Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.

Autoclave
            Autoclave adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan alat ataupun bahan dalam bidang mikrobiologi menggunakan uap air bertekanan tinggi pada 120°C selama sekita 15-20 menit. Alat ini bekerja dengan sistem sterilisasi basah.

Inkubator
            Inkubator digunakan untuk alat penyimpan kultur. Alat ini dapat mempertahankan temperature dimana mikroorganisme akan tumbuh pesat pada suhu optimumnya. Alat ini bekerja seperti oven (panas kering) dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Colony Counter
            Colony counter adalah alat yang digunakan untuk mempermudah kita dalam menghitung banyaknya mikroorganisme yang ada dalam suatu biakan atau kultur. Dalam penggunaannya kita dapat menghitung mikroorganisme yang ada dalam cawan petri.

Vortex Mixer
            Vortex mixer adalah alat yang digunakan untuk mencampur larutan yang ada dalam tabung reaksi. Alat ini terdiri dari sebuah motor listrik dengan drive shaft berorientasi vertikal dan melekat pada sepotong karet. Ketika tabung reaksi atau wadah lain yang sesuai ditekan pada cangkir karet vortex mixer maka gerak akan ditransmisikan ke dalam cairan dan terbentuk pusaran.

Waterbath
            Alat ini digunakan untuk meyimpan media yang baru diambil dari autoclave. Biasanya media-media tersebut ada yang langsung dipakai, ada yang tidak. Sehingga untuk menjaga suhu media tersebut tetap konstan (sekitar 50°C) maka digunakan alat ini.

Neraca analitik
            Alat ini berfungsi deperti timbangan. Alat ini mempunya ketelitian 0,0001 gram dan kapasitas sebesar 210 g. Sehingga hasil yang didapat menggunakan neraca ini sangat akurat.

Lemari es
            Lemari es dalam bidang mikrobiologi digunakan untuk menyimpan medium steril untuk mencegahnya dari kekeringan, mempertahankan masa simpan mikroorganisme, dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi.

Oven
            Alat ini merupakan salah satu alat untuk sterilisasi kering. Alat ini menggunakan sistem panas kering dalam suhu 160°C-180°C. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas.

KESIMPULAN

            Dari pelaksanaan kegiatan pengenalan alat-alat laboratorium dan teknik praktikum ini, dapat disimpulkan beberapa hal:
  • Setiap alat yang digunakan untuk praktikum mikrobiologi harus dalam keadaan steril.
  • Meja kerja, tangan dan media lain pun harus diusahakan sesteril mungkin saat pelaksanaan praktikum.
  • Setiap praktikan harus mengenal dan terampil menggunakan alat-alat laboratorium.
·         Setiap peralatan laboratorium seperti, cawan petri, tabung reaksi, pipet ukur, ball pipet, ose, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, spatula, pipet tetes, tabung durham, kaca preparat, autoclave, oven, neraca analitik, waterbath, inkubator, dan lemari es memiliki fungsinya masing-masing yang harus diketahui oleh praktikan.


DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia: Jakarta.
Suro, Drjat Msih. 2011. Laporan Praktikum Mikrobiologi.    http://drjat.blogspot.com/2011/05/laporan-praktikum-mikrobiologi.html.       Diakses pada tanggal 1 Maret 2012 pukul 20.05 WIB.
Veloso, Bryan. 2008. Mengenal Media Pertumbuhan Mikroba.             http://blacksweetranger.wordpress.com/pengenalan-alat/. Diakses pada       tanggal 2 Maret 2012 pukul 12.28 WIB.