Ailsa Giovanni
240210110018
VI. PEMBAHASAN
Mikroorganisme yang terdapat di alam
semesta ini memerlukan energi yang diperlukan untuk memepertahankannya hidup. Energi ini didapatnya dengan melakukan
metabolisme dengan cara yang berbeda. Salah satunya
adalah jenis mikroorganisme yang disebut dengan mikroba amilolitik. Kelompok
mikroba ini antara lain adalah berbagai jenis kapang dan beberapa jenis
bakteri. Pada
praktikum ini, pengujian lebih dikhususkan pada pengujian bakteri amilolitik.
Mikroorganisme yang bersifat
amilolitik dapat memecah pati (amilum) yang terdapat dalam makanan menjadi
senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa. Reaksi hidrolisis
pati menyebabkan pencairan pati sehingga menyebabkan perubahan pada cita rasa
makanan.
Amilum
merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida. Polisakarida
merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida yang dihubungkan
dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi
simpanan atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk
menyediakan gula bagi sel.
Kemampuan untuk memanfaatkan gula atau unsur yang berhubungan dengan
konfigurasi yang berbeda dari glukosa merupakan hasil kemampuan organisme untuk
mengubah substrat menjadi perantara-perantara sebagai jalur untuk fermentasi
glukosa (Sukarminah, 2010).
Kemampuan untuk menghidrolisis amilum menjadi glukosa, maltosa, dan
dekstrin karena mempunyai enzim amilase. Amilum tidak dapat langsung digunakan,
sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih dahulu menjadi molekul
sederhana dan masuk ke dalam sel (Sukarminah, 2010).
Fungsi uji positif hidrolisis amilum pada bakteri ditandai dengan tampaknya
area jernih di sekitar pertumbuhan bakteri yang digoreskan. Adanya daerah
jernih tersebut disebabkan eksoenzim dan organisme menghidrolisis amilum dalam
medium agar. Fungi atau bakteri memproduksi α-amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan
eksoenzim amilolitik tersebut amat luas antara mikroorganisme, diantaranya
bakteri Bacillus macerans, Bacillus
polimexa, dan Bacillus subtilis (Sukarminah,
2010).
Indikator yang digunakan pada uji
amilolitik ini adalah yodium. Yodium 1% diteteskan tepat di atas koloni. Tujuan
penetasan larutan yodium 1% diberikan untuk membuktikkan apakah bakteri yang
tumbuh pada media adalah bakteri amilolitik. Pati yang tidak terhidrolisis akan
membentuk warna biru dengan yodium yang menunjukkan tidak terdapatnya enzim
amilase yang dihasilkan oleh bakteri selain bakteri amilolitik. Pati yang
terhidrolisis di sekeliling koloni akan terlihat areal bening, sebagai akibat
aktivitas enzim amilase. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati atau
amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri. Menurut Fardiaz (1992)
warna jernih atau bening pada sekeliling bakteri setelah ditambahkan iodium
disebabkan karena amilum tidak dapat bereaksi lama dengan iodium. Areal
berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukkan hidrolisis sebagian
terhadap pati.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung jagung atau dengan
nama lain adalah tepung maizena, tepung beras, tepung terigu, dan tepung
tapioka.
6.2.1 Tepung
Jagung
Kandungan pati (amilum) dalam tepung jagung mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji jagung (Anonimf, 2011). Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Tepung jagung yang dijadikan sampel kemudian dilakukan
pengenceran sampai tahap 10-3. Sampel dengan pengenceran 10-2
dan 10-3 kemudian ditanam pada media NA yang memiliki spesifikasi
untuk pertumbuhan bakteri dengan menggunakan duplo per pengenceran. Kemudian
inkubasi sampel tersebut di dalam inkubator dengan suhu 30oC selama
tiga hari.
Hasil yang didapat dengan sampel tepung jagung setelah inkubasi adalah
sebagai berikut :
Media
|
Jumlah
Koloni
|
|
Pengenceran
10-2
|
Pengenceran
10-3
|
|
NA
|
1 bakteri dan 1 kapang
|
-
|
1 kapang
|
1 bakteri
|
|
Bakteri yang
tumbuh pada
pengenceran
10-2 berwarna kuning dan berbentuk bulat serta kapang yang
tumbuh juga berbentuk bulat, terlihat seperti serabut putih. Sedangkan pada pengenceran
10-3 didapat bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna putih. Hasil
ini tidak sesuai dengan standar perhitungan Standar
Plate Count (SPC), karena berdasarkan SPC, cawan yang dipilih dan dihitung
adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300. Jadi, nilai SPC tidak dapat
ditentukan.
Selanjutnya, untuk mengetahui adanya
pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Koloni yang awalnya
berwarna putih, setelah ditetesi yodium tidak menunjukkan perubahan warna
apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri
amilolitik yang dapat memecah pati menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Bakteri amilolitik pada makanan dapat mengakibatkan perubahan pada cita rasa
makanan. Sampel tepung jagung dalam praktikum tidak ditemukan adanya
pertumbuhan bakteri amilolitik, jadi tepung jagung ini layak untuk dikonsumsi.
6.2.1 Tepung
Beras
Tepung beras adalah tepung atau
bubuk halus yang berasal dari beras yang digunakan untuk membuat kue. Tepung
beras mengandung banyak pati dan protein tanpa gluten (Anonimd, 2009).
Hasil yang didapat dengan sampel tepung beras setelah inkubasi adalah
sebagai berikut :
Media
|
Jumlah
Koloni
|
|
Pengenceran
10-2
|
Pengenceran
10-3
|
|
NA
|
49
|
17
|
43
|
15
|
|
Dari semua cawan petri, koloni yang tumbuh tidak hanya bakteri, melainkan tumbuh pula khamir dan kapang. Khamir dan kapang ini adalah sebagai kontaminan, karena pada praktikum menggunakan media NA yang berperan sebagai tempat tumbuh bakteri saja. Nilai SPC untuk sampel tepung beras ini adalah <<3,0x103 (1,4 x 103) cfu/g.
Koloni yang tumbuh ditetesi yodium untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik pada tepung beras tersebut. Hasil yang didapat adalah koloni pada pengenceran 10-3 menunjukkan bakteri
menghidrolisis pati secara sempurna yang ditandai dengan adanya areal bening di
sekitar bakteri.
6.2.3 Tepung
Terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum
yang digunakan untuk membuat kue atau mie. Tepung terigu mengandung banyak pati
dan protein dalam bentuk gluten yang berperan
dalammenentukan kekenyalan makanan
Hasil yang didapat dengan sampel tepung terigu setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Hasil yang didapat dengan sampel tepung terigu setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Media
|
Jumlah
Koloni
|
|
Pengenceran
10-2
|
Pengenceran
10-3
|
|
NA
|
6
|
-
|
2
|
-
|
|
Koloni yang
tumbuh pada pengenceran 10-2 dalam cawaa petri yang kedua tidak
hanya bakteri, melainkan tumbuh pula khamir. Khamir ini sebagai kontaminan yang
dapat berasal dari udara, alat praktikum yang tidak steril, ataupun dari
kesalahan praktikkan yang bekerja secara tidak aseptik. Nilai SPC untuk sampel
tepun terigu sulit ditentukan karena mikroorganisme yang tumbuh pada seluruh
cawan petri kurang dari 30 koloni dan pada pengenceran 10-3 tidak
ditemukan adanya pertumbuhan koloni.
Selanjutnya, untuk mengetahui adanya
pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Koloni yang ditetesi
yodium menunjukkan hasil yang negatif, yaitu tidak ada perubahan warna apapun.
Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik dan
tepung terigu ini layak untuk dikonsumsi.
6.2.4 Tepung
tapioka
Tepung
tapioka adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu. Tepung ini memiliki banyak
manfaat diantaranya sebagai bahan pengental, bahan pengisi, bahan pengikat, dan
untuk pengolahan daging (Anonime,2010).
Hasil yang didapat dengan sampel tepung tapioka setelah inkubasi adalah
sebagai berikut :
Media
|
Jumlah
Koloni
|
|
Pengenceran
10-2
|
Pengenceran
10-3
|
|
NA
|
27
|
1
|
55
|
-
|
|
Koloni yang
tumbuh pada pengenceran 10-2 tidak hanya bakteri saja, melainkan
tumbuh pula khamir. Khamir ini sebagai kontaminan yang dapat berasal dari
udara, alat praktikum yang tidak steril, ataupun dari kesalahan praktikkan yang
bekerja secara tidak aseptik. Nilai SPC untuk sampel tepung tapioka ini adalah
3,1x103
(rata-rata dari
pengenceran 10-2).
Selanjutnya, untuk mengetahui adanya
pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Setelah ditetesi
yodium, koloni tidak menunjukkan perubahan warna apapun. Sehingga, dapat disimpulkan
bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik yang dapat memecah pati menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Bakteri amilolitik pada makanan dapat
mengakibatkan perubahan pada cita rasa makanan. Sampel tepung tapioka dalam
praktikum tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri amilolitik, jadi tepung
tapioka ini layak untuk dikonsumsi.
Praktikum ini tidak dilakukan
pewarnaan gram, sehingga sulit untuk menentukan bakteri apa yang tumbuh. Umumnya
mikroorganisme yang bersifat amilolitik adalah kapang dan sedikit kelompok
bakteri. Namun, karena media yang digunakan adalah NA yang
mempunyai spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri maka kapang yang tumbuh adalah
kontaminan.
Kelompok bakteri amilolitik termasuk ke
dalam kelompok bakteri sakarolitik karena kemampuannya menghidrolisis
polisakarida dan disakarida menjadi molekul yang lebih sederhana. Bakteri yang
tergolong bakteri amilolitik antara lain yaitu Bacillus subtilis dan
Clostridium butyricum yang
dapat memproduksi enzim amilase dan memecah pati diluar sel. Selain itu, Bakteri berbentuk stapilokokus yang diduga tumbuh adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini
memiliki kemampuan menghasilkan enzim amilase yang digunakan untuk mendapatkan
energi dari amilum. Contoh kapang amilolitik antara lain Fusarium dan Penicillium (Fardiaz, 1992).
VII. KESIMPULAN
1.
Makanan dengan kandungan karbohidrat
tinggi mudah diserang oleh mikroorganisme amilolitik karena karbohidrat lebih
mudah dipecah dan digunakan oleh mikroorganisme dibandingkan dengan protein dan
lemak
- Kerusakan yang terjadi
akibat sifat amilolitik ini antara lain saat terjadi reaksi hidrolisis,
pati akan mencair dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan cita rasa dan
tekstur dari makanan tersebut.
- Untuk mendeteksi terjadinya
hidrolisis pati oleh mikroorganisme yang tumbuh, koloni yang terbentuk
ditetesi dengan larutan yodium 1%.
- Setelah ditetesi yodium 1%,
warna areal bening menunjukkan patti terhidrolisis sempurna. Warna koloni
biru menunjukkan pati tidak terhidrolisis. Warna koloni coklat menunjukkan
pati terhidrolisis sebagian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima.
2009. About Madu. Available at: http://www.mail-archive.com/milis-nova@news.gramedia-majalah.com/msg00143.html. Diakses pada 3 Juni 2012.
______b.
2009. Habitat Mikroorganisme. Available at: http://pepsicola-06.blogspot.com/2009/01/habitat-mikroorganisme-1.html
90509/1400 Diakses
pada 3
Juni 2012.
______c.
2009. Ilmu Pangan. Available at: http://www.ilmupangan.com/ index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=44. Diakses pada 3 Juni 2012.
______d. 2009. Tips Pengolahan Tepung Beras.
Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b31. Diakses pada 3 Juni 2012.
______e. 2010. Pengolahan Pangan Tepung Tapioka.
Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b30
Diakses pada 3 Juni 2012.
______f.
2011. Tepung Maizena. Available at: http://sukamasak.com/bahan-masakan/2010/09/tepung-maizena
Diakses pada 3 Juni 2012.
Fardiaz, S.
1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta.
Sukarminah E., Sumanti, D.M. dan
Hanidah,I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Penerbit Jurusan Teknologi Industri
Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran,
Jatinangor.
Tjahjadi, C. dan Herlina, M. 2008.
Pengantar Teknologi Pangan (Volume II). Penerbit
Universitas Padjadjaran : Jatinangor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar