Minggu, 20 Januari 2013

Bakteri Amilolitik


Ailsa Giovanni
240210110018

VI. PEMBAHASAN

            Mikroorganisme yang terdapat di alam semesta ini memerlukan energi yang diperlukan untuk memepertahankannya hidup. Energi ini didapatnya dengan melakukan metabolisme dengan cara yang berbeda. Salah satunya adalah jenis mikroorganisme yang disebut dengan mikroba amilolitik. Kelompok mikroba ini antara lain adalah berbagai jenis kapang dan beberapa jenis bakteri. Pada praktikum ini, pengujian lebih dikhususkan pada pengujian bakteri amilolitik.
            Mikroorganisme yang bersifat amilolitik dapat memecah pati (amilum) yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa. Reaksi hidrolisis pati menyebabkan pencairan pati sehingga menyebabkan perubahan pada cita rasa makanan.
Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida. Polisakarida merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel. Kemampuan untuk memanfaatkan gula atau unsur yang berhubungan dengan konfigurasi yang berbeda dari glukosa merupakan hasil kemampuan organisme untuk mengubah substrat menjadi perantara-perantara sebagai jalur untuk fermentasi glukosa (Sukarminah, 2010).
Kemampuan untuk menghidrolisis amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim amilase. Amilum tidak dapat langsung digunakan, sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel (Sukarminah, 2010).
Fungsi uji positif hidrolisis amilum pada bakteri ditandai dengan tampaknya area jernih di sekitar pertumbuhan bakteri yang digoreskan. Adanya daerah jernih tersebut disebabkan eksoenzim dan organisme menghidrolisis amilum dalam medium agar. Fungi atau bakteri memproduksi α-amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik tersebut amat luas antara mikroorganisme, diantaranya bakteri Bacillus macerans, Bacillus polimexa, dan Bacillus subtilis (Sukarminah, 2010).
            Indikator yang digunakan pada uji amilolitik ini adalah yodium. Yodium 1% diteteskan tepat di atas koloni. Tujuan penetasan larutan yodium 1% diberikan untuk membuktikkan apakah bakteri yang tumbuh pada media adalah bakteri amilolitik. Pati yang tidak terhidrolisis akan membentuk warna biru dengan yodium yang menunjukkan tidak terdapatnya enzim amilase yang dihasilkan oleh bakteri selain bakteri amilolitik. Pati yang terhidrolisis di sekeliling koloni akan terlihat areal bening, sebagai akibat aktivitas enzim amilase. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati atau amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri. Menurut Fardiaz (1992) warna jernih atau bening pada sekeliling bakteri setelah ditambahkan iodium disebabkan karena amilum tidak dapat bereaksi lama dengan iodium. Areal berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukkan hidrolisis sebagian terhadap pati.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung jagung atau dengan nama lain adalah tepung maizena, tepung beras, tepung terigu, dan tepung tapioka.

6.2.1 Tepung Jagung
Kandungan pati (amilum) dalam tepung jagung mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji jagung (Anonimf, 2011). Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Tepung jagung yang dijadikan sampel kemudian dilakukan pengenceran sampai tahap 10-3. Sampel dengan pengenceran 10-2 dan 10-3 kemudian ditanam pada media NA yang memiliki spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri dengan menggunakan duplo per pengenceran. Kemudian inkubasi sampel tersebut di dalam inkubator dengan suhu 30oC selama tiga hari.
Hasil yang didapat dengan sampel tepung jagung setelah inkubasi adalah sebagai berikut :

Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
1 bakteri dan 1 kapang
-
1 kapang
1 bakteri
Bakteri yang tumbuh pada pengenceran 10-2 berwarna kuning dan berbentuk bulat serta kapang yang tumbuh juga berbentuk bulat, terlihat seperti serabut putih. Sedangkan pada pengenceran 10-3 didapat bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna putih. Hasil ini tidak sesuai dengan standar perhitungan Standar Plate Count (SPC), karena berdasarkan SPC, cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300. Jadi, nilai SPC tidak dapat ditentukan.
            Selanjutnya, untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Koloni yang awalnya berwarna putih, setelah ditetesi yodium tidak menunjukkan perubahan warna apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik yang dapat memecah pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bakteri amilolitik pada makanan dapat mengakibatkan perubahan pada cita rasa makanan. Sampel tepung jagung dalam praktikum tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri amilolitik, jadi tepung jagung ini layak untuk dikonsumsi.

6.2.1 Tepung Beras
            Tepung beras adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari beras yang digunakan untuk membuat kue. Tepung beras mengandung banyak pati dan protein tanpa gluten (Anonimd, 2009).
Hasil yang didapat dengan sampel tepung beras setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
49
17
43
15

Dari semua cawan petri, koloni yang tumbuh tidak hanya bakteri, melainkan tumbuh pula khamir dan kapang. Khamir dan kapang ini adalah sebagai kontaminan, karena pada praktikum menggunakan media NA yang berperan sebagai tempat tumbuh bakteri saja. Nilai SPC untuk sampel tepung beras ini adalah <<3,0x103 (1,4 x 103) cfu/g.
            Koloni yang tumbuh ditetesi yodium untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik pada tepung beras tersebut. Hasil yang didapat adalah koloni pada pengenceran 10-3 menunjukkan bakteri menghidrolisis pati secara sempurna yang ditandai dengan adanya areal bening di sekitar bakteri.

6.2.3 Tepung Terigu
              Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum yang digunakan untuk membuat kue atau mie. Tepung terigu mengandung banyak pati dan protein dalam bentuk gluten yang berperan dalammenentukan kekenyalan makanan            
              Hasil yang didapat dengan sampel tepung terigu setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
6
-
2
-
Koloni yang tumbuh pada pengenceran 10-2 dalam cawaa petri yang kedua tidak hanya bakteri, melainkan tumbuh pula khamir. Khamir ini sebagai kontaminan yang dapat berasal dari udara, alat praktikum yang tidak steril, ataupun dari kesalahan praktikkan yang bekerja secara tidak aseptik. Nilai SPC untuk sampel tepun terigu sulit ditentukan karena mikroorganisme yang tumbuh pada seluruh cawan petri kurang dari 30 koloni dan pada pengenceran 10-3 tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni.
        Selanjutnya, untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Koloni yang ditetesi yodium menunjukkan hasil yang negatif, yaitu tidak ada perubahan warna apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik dan tepung terigu ini layak untuk dikonsumsi.

6.2.4 Tepung tapioka

       Tepung tapioka adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu. Tepung ini memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai bahan pengental, bahan pengisi, bahan pengikat, dan untuk pengolahan daging (Anonime,2010).
Hasil yang didapat dengan sampel tepung tapioka setelah inkubasi adalah sebagai berikut :
Media
Jumlah Koloni
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
NA
27
1
55
-
Koloni yang tumbuh pada pengenceran 10-2 tidak hanya bakteri saja, melainkan tumbuh pula khamir. Khamir ini sebagai kontaminan yang dapat berasal dari udara, alat praktikum yang tidak steril, ataupun dari kesalahan praktikkan yang bekerja secara tidak aseptik. Nilai SPC untuk sampel tepung tapioka ini adalah 3,1x103 (rata-rata dari pengenceran 10-2).
            Selanjutnya, untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Setelah ditetesi yodium, koloni tidak menunjukkan perubahan warna apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri amilolitik yang dapat memecah pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bakteri amilolitik pada makanan dapat mengakibatkan perubahan pada cita rasa makanan. Sampel tepung tapioka dalam praktikum tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri amilolitik, jadi tepung tapioka ini layak untuk dikonsumsi.
            Praktikum ini tidak dilakukan pewarnaan gram, sehingga sulit untuk menentukan bakteri apa yang tumbuh. Umumnya mikroorganisme yang bersifat amilolitik adalah kapang dan sedikit kelompok bakteri. Namun, karena media yang digunakan adalah NA yang mempunyai spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri maka kapang yang tumbuh adalah kontaminan.
            Kelompok bakteri amilolitik termasuk ke dalam kelompok bakteri sakarolitik karena kemampuannya menghidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi molekul yang lebih sederhana. Bakteri yang tergolong bakteri amilolitik antara lain yaitu Bacillus subtilis dan Clostridium butyricum yang dapat memproduksi enzim amilase dan memecah pati diluar sel. Selain itu,  Bakteri berbentuk stapilokokus yang diduga tumbuh adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini memiliki kemampuan menghasilkan enzim amilase yang digunakan untuk mendapatkan energi dari amilum. Contoh kapang amilolitik antara lain  Fusarium dan Penicillium (Fardiaz, 1992).
   
VII. KESIMPULAN

1.      Makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi mudah diserang oleh mikroorganisme amilolitik karena karbohidrat lebih mudah dipecah dan digunakan oleh mikroorganisme dibandingkan dengan protein dan lemak
  1. Kerusakan yang terjadi akibat sifat amilolitik ini antara lain saat terjadi reaksi hidrolisis, pati akan mencair dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan cita rasa dan tekstur dari makanan tersebut. 
  2. Untuk mendeteksi terjadinya hidrolisis pati oleh mikroorganisme yang tumbuh, koloni yang terbentuk ditetesi dengan larutan yodium 1%. 
  3. Setelah ditetesi yodium 1%, warna areal bening menunjukkan patti terhidrolisis sempurna. Warna koloni biru menunjukkan pati tidak terhidrolisis. Warna koloni coklat menunjukkan pati terhidrolisis sebagian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2009. About Madu. Available at: http://www.mail-archive.com/milis-nova@news.gramedia-majalah.com/msg00143.html. Diakses pada 3 Juni 2012.

­­­______b. 2009. Habitat Mikroorganisme. Available at: http://pepsicola-06.blogspot.com/2009/01/habitat-mikroorganisme-1.html 90509/1400 Diakses pada 3 Juni 2012.

______c. 2009. Ilmu Pangan. Available at: http://www.ilmupangan.com/ index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=44. Diakses pada 3 Juni 2012.

______d. 2009. Tips Pengolahan Tepung Beras. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b31. Diakses pada 3 Juni 2012.

______e. 2010. Pengolahan Pangan Tepung Tapioka. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b30 Diakses pada 3 Juni 2012.

______f. 2011. Tepung Maizena. Available at: http://sukamasak.com/bahan-masakan/2010/09/tepung-maizena Diakses pada 3 Juni 2012.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Sukarminah E., Sumanti, D.M. dan Hanidah,I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Penerbit Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Tjahjadi, C. dan Herlina, M. 2008. Pengantar Teknologi Pangan (Volume II). Penerbit Universitas Padjadjaran : Jatinangor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar