Senin, 04 Agustus 2014

Analisis Kuantitatif Mikroorganisme pada Bahan Pangan



PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN
Analisis Kuantitatif Mikroorganisme pada Bahan Pangan

KELOMPOK  2A

RIFA MUFIDAH                              240210110001
AILSA GIOVANNI                          240210110018
ISMI RIZKY                                      240210110036
FATHYA ISTIQOMARIL                240210110044
FADLI BAYANULLOH                  240210110049


unpad







JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI  PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2012

PROSEDUR

Perhitungan Jumlah Bakteri dengan Petroff Hauser
§  Objek gelas dibersihkan.
§  Secara aseptic diambil 1 loop kultur bakteri, diletakkan pada kotak Petroff Hauser yang diletakkan pada objek glass.
§  Objek glass ditutup dengan cover penutup.
§  Kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran 1000x dengan minyak imersi.
§  Jumlah bakteri rata-rata dihitung

Perhitumgan Mikroorganisme dengan Metode Agar Cawan
§  Diambil 5 gram sampel padat, dimasukan ke dalam 45 ml larutan pengencer. Untuk sampel cair diambil 1 ml, dimasukan ke dalam 9 ml larutan pengencer.
§  Selanjutnya dibuat pengenceran sampai 10-5.
§  Diambil 1 ml pada pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5. Dimasukan ke dalam cawan petri.
§  Dituangkan ± 15 ml PCA cair (sudah disterilkan) ke dalam cawan dan digoyangkan secara mendatar atau angka delapan di atas meja supaya sampel menyebar dengan rata.
§  Setelah agak beku, diinkubasikan dengan posisi terbalik pada suhu 30°C selam 3 hari.
§  Dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada cwan dan laporkan sebagai jumlah koloni per ml menurut perhitungan Standar Plate Count (SPC).

Perhitungan Mikroorganisme dengan Metode MPN (Most Probable   Number)
§  Disediakan 9 tabung reaksi yang mana  3 seri tabung reaksi yang besar berisi LB-DS dan 6 seri tabung sedang berisi LB-SS.
§  LB-DS sebanyak 101 atau 10 ml dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi besar.
§  LB-SS juga diisikan ke dalam 3 tabung reaksi  sebanyak 100 atau 1 ml dan 3 tabung reaksi berikutnya sebanyak 10-1 atau 0,1 ml.
§  Kemudian seluruh tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari.
§  Terbentuknya kekeruhan dan gas dalam tabung durham diamati.
§  Jumlah tabung positif dari masing-masing pengenceran dicatat.
§  Lalu dicocokkan dengan tabel yang menunjukkan nilai MPN (untuk tabel 3 seri).

§  Dihitung nilai MPN sampel 

PEMBAHASAN

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan yang dapat dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu berdasarkan perhitungan jumlah sel yang terdiri atas hitungan mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (Most Probable Number), berdasarkan perhitungan massa sel secara langsung yang terdiri atas volumetrik, gravimetrik, dan kekeruhan (turbidimetri), dan berdasarkan perhitungan massa sel secara tidak langsung yang terdiri atas analisis komponen sel (protein, DNA, ATP, dan sebagainya), analisis produk katabolisme (metabolit primer atau sekunder, panas), dan analisis konsumsi nutrient (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, dan sebagainya) (Buckle, 1987).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan perhitungan mikroskopik analisis kuantitatif bakteri pada bahan pangan berdasarkan perhitungan jumlah sel. Analisis kuantitatif mikroorganisme yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode Pettroff Hauser, metode hitungan cawan, dan metode Most Probable Number (MPN).

Perhitungan Jumlah Bakteri dengan Petroff-Hauser

Perhitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat antar cover glass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu (Pelczar,2005).
Ruang hitung terdiri dari satu kotak besar yang dibagi menjadi 25 kotak sedang. Setiap kotak sedang dibagi menjadi 16 kotak kecil. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Haemocytometer. Dalam alat tersebut diketahui :
·         Luas kotak kecil = 0,0025 mm2
·         Tebal = 0,1 mm
·         Sisi kotak kecil = 0,05 mm
·         Sehingga didapat sisi kotak sedang = 0,05 x 4
                                                         = 0,2 mm
·         Volume kotak sedang = 0,2 x 0,2 x 0,1
                                    = 4 x 10-3 mm
                                    = 4 x 10-6 ml
            Menurut Pelczar (2005), metode ini memberikan keuntungan bagi penggunanya karena merupakan metode yang cepat dan murah, tetapi mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut :
1.      Sel-sel yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel-sel hidup. Oleh karena itu, keduanya akan terhitung.
2.      Sel-sel yang berukuran sangat kecil sukar dilihat di bawah mikroskop, sehingga kadang-kadang tidak terhitung.
3.      Untuk mempertinggi ketelitian, jumlah sel di dalam suspensi harus cukup tinggi. Hal ini disebabkan dalam setiap bidang pandang yang diamati harus terdapat sejumlah sel yang dapat dihitung.
4.      Tidak dapat digunakan untuk menghitung sel jasad renik di dalam bahan pangan yang banyak mengandung debris atau ekstrak makanan, karena hal ini akan mengganggu dalam perhitungan sel.
            Sampel yang digunakan adalah susu murni dan kemungkinan bakteri yang akan terlihat di bawah mikroskop adalah bakteri Lactobacillus Bulgaricus yang sering terdapat pada produk susu (Sukarminah,2010). Pada pengamatan menggunakan metode Petroff Hauser ini, dihitung jumlah sel bakteri pada setiap kotak di ujung kotak besar (4 kotak sedang). Pada pengamatan di tiap kotak didapat 30, 2, 2, dan 42 sel bakteri. Untuk menghitung jumlah bakteri per ml digunakan rumus :
Jumlah sel bakteri = rata-rata bakteri tiap kotak sedang
ml                            volume kotak sedang

Dengan mengetahui berapa jumlah sel bakteri pada suatu sampel, kita dapat membandingkannya dengan suatu standar yang memuat batasan-batasan berapa jumlah mikroorganisme maksimal yang diijinkan yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), pada kategori pangan susu segar yang akan diproses lebih lanjut (susu sapi, kuda, kambing, dan ternak lain), batas maksimum yang diperkenankan pada jenis cemaran ALT (Analisis Lempeng Total) yakni jumlah secara keseluruhan =  1 x 106 koloni/ml (Anonim, 2009). Batasan ini sangat menyimpang dari hasil pengamatan yang didapat. Jumlah koloni yang terkandung dalam bahan pangan seharusnya tidak lebih dari standar. Jumlah yang menyimpang tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik pada saat pemanenan ataupun pada saat akan diolah, seperti:
-          Kehigienisan rendah
-          Kontaminasi dari udara
-          Masa simpan yang terlalu lama
-          dan lain sebagainya.
Perhitungan Mikroorganisme dengan Metode Agar Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Koloni yang tumbuh tidak selalau berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme cenderung membentuk kelompok atau rantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampek yang ingin diketahui jumlah bakterinya (Fardiaz, 1992). Cara menghitung sel relatif atau CFU’s per ml adalah :

CFU/ml = jumlah koloni x faktor pengenceran

Sebelum melakukan perhitungan terhadap mikroorganisme, terlebih dahulu dilakukan pemupukan mikroorganisme pada media PCA dengan suatu sampel. Sampel yang digunakan antara lain tempe, air kran, air es, dan limbah tahu. Sampel yang akan digunakan kemudian dilakukan pengenceran sampai 10-5. Pengenceran tersebut dilakukan supaya koloni yang tumbuh tidak terlalu banyak sehingga dapat dihitung. Larutan yang digunakan untuk mengencerkan adalah NaCl fisiologis yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi pH larutan dan kondisi yang steril. Pengambilan sampel dilakukan secara aseptik dan pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan kira-kira sebanyak 25 kali untuk memisahkan sel-sel mikroba yang bergabung menjadi satu.
Pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5 kemudian dituangkan masing-masing sebanyak 1 ml sampel ke dalam cawan petri. Lalu, dituangkan pula media PCA dan digoyang secara mendatar atau membentuk angka delapan di atas meja supaya sampel menyeber menjadi rata. Lalu diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 30oC) selama tiga hari. Metode penanaman sampel ini dikenal dengan metode agar tuang (pour plate). Selain metode agar tuang, cara pemupukan dalam hitungan cawan juga dapat menggunakan metode lain yaitu metode permukaan (spread plate) (Sukarminah, 2010). Penanaman sampel dilakukan dari beberapa tabung pengenceran terakhir dengan tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) (Anonim, 2009).
Setelah diinkubasi selama tiga hari, terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme pada ketigas cawan. Pertumbuhan tersebut, terlihat dengan adanya koloni-koloni mikroorganisme yang berbentuk bulat dan berwarna kuning pucat. Menurut Anonim (2008), perhitungan koloni harus dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Satu koloni dihitung 1 koloni.
2.      Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
3.      Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
4.      Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
5.      Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung.
6.      Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan cawan digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Count (SPC). Menurut Sukarminah (2010), syarat menghitung koloni dengan standar SPC adalah sebagai berikut :
1.      Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300.
2.      Beberapa koloni yang bergabung dihitung satu koloni.
3.      Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya; jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya di rata-ratakan tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah koloni hasil pengenceran sebelumnya. Jika di duplo perhitungannya juga sama.
Dalam praktikum ini, hasil yang terdapat pada cawan kelompok 2 dengan sampel air kran semuanya kurang dari 30 koloni. Menurut Fardiaz (1992), hal tersebut menunjukkan bahwa pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi hasil akhirnya tetap dicantumkan dalam tanda kurung.
Menurut Fardiaz (1992), data yang dilaporkan sebagai SPC harus mengikuti peratura-peraturan sebagai berikut :
1.      Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari 2 digit yaitu angka satuan dan angka sepersepuluh yang dikalikan dengan kelipatan 10 (eksponensial), misalnya 2,3 × 104, bukan 2,34 × 104. Pembulatan keatas dilakukan pada angka seperseratus yang sama atau lebih besar dari lima, missal 2,35 × 104 menjadi 2,4 × 104, atau 2,34 × 104 menjadi 2,3 × 104.
2.      Bila diperoleh perhitungan < 30 dari semua pengenceran, maka hanya dari pengenceran terendah yang dilaporkan. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
10-3
10-4
10-5
SPC
Keterangan
2
6
2
<3,0×104
(6,0×104) CFU/ml
Hitung pengenceran 10-4

3.    Bila diperoleh perhitungan > 300 dari semua pengenceran, maka laporannya adalah 300 dikali faktor pengenceran dengan menuliskan hasil yang sebenarnya dalam tanda kurung. (hasil yang sebenarnya diperoleh dari pengenceran tertinggi).
4.      Bila ada 2 cawan, masing-masing dari pengenceran rendah dan tinggi yang berurutan dengan jumlah koloni 30-300 dan hasil bagi dari jumlah koloni pengenceran tertinggi dan terendah ≤ 2, maka jumlah yang dilaporkan adalah nilai rata-rata. Jika hasil bagi dari pengenceran tertinggi dan terendah > 2 maka jumlah yang dilaporkan adalah dari cawan dengan pengenceran terendah.
5.      Apabila setiap pengenceran digunakan 2 cawan petri (duplo), maka jumlah angka yang digunakan adalah rata-rata dari kedua nilai jumlah masing-masing tingkat pengenceran setelah diperhitungkan. Untuk lebih mudahnya dihitung vertikal (dalam satu tingkat pengenceran) dahulu kemudian horisontal (antar pengenceran). Jika dalam satu tingkat pengenceran dijumpai hanya salah satu yang masuk dalam kisaran 30-300, maka nilai yang tidak masuk tetap diperhitungkan.  
           
            Hasil perhitungan SPC dalam praktikum disajikan dalam tabel berikut :
Sampel
Jumlah Koloni per Pengenceran
SPC
Keterangan
10-3
10-4
10-5
Tempe
TBUD
TBUD
300
3,0×107 CFU/gram

Hitung pengenceran 10-5
Air kran
2
6
2
<3,0×104
(6,0×104) CFU/ml
Hitung pengenceran 10-4
Air es
14
5
1
<3,0×104
(1,4×104) CFU/ml
Hitung pengenceran 10-3
Limbah tahu
128
TBUD
2
<3,0×105
(2,0×105) CFU/ml
Hitung pengenceran 10-5
Ket : TBUD = Terlalu Banyak Untuk Dihitung / TNTC (Too Numerous To             Count)
Perhitungan Mikroorganisme dengan Metode MPN
Berbeda dengan metode agar cawan yang menggunakan medium agar, dalam metode MPN digunakan metode cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statistik. Pada umumnya untuk setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Semakin banyak tabung reaksi yang digunakan akan menunjukkan ketelitian yang semakin tinggi. Pengenceran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel mikroba, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Setelah diinkubasi, diharapkan pada beberapa tanbung terjadi pertumbuhan (positif), sedangkan tabung lainnya  tidak terjadi pertumbuhan (negatif).
Media yang digunakan adalah LB (Lactose Broth), baik itu LBDS dan LBSS yang diberi indikator perubahan pH yaitu NR (Neutral Red) dan dimasukkan tabung durham. Tabung durham yang dipakai diletakkan pada posisis terbalik, sebagai indikator untuk jasad renik pembentuk gas (Fardiaz, 1992). Perlu diperhatikan ketika menyuntikkan media pada tabung durham tidak boleh terbentuk gas karena akan mengganggu hasil pengamatan.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, perubahan warna, atau terbentuknya gas di dalam tabung durham. Namun, bila dalam suatu tabung hanya terjadi kekeruhan atau perubahan warna tanpa adanya gelembung gas, tabung tersebut dinyatakan negatif. Gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas respirasi mikroorganisme. Kekeruhan dan perubahan warna yang terdapat pada tabung reaksi juga disebabkan karena adanya aktivitas dari suatu mikroorganisme. Kekeruhan yang terjadi pada setiap tabung reaksi tersebut berbeda-beda, ada yang mengalami kekeruhan pada bagian permukaannya saja dan ada juga yang mengalami kekeruhan secara merata. Tetapi untuk pengamatan yang lebih akurat, tabung reaksi dinyatakan positif bila terdapat gelembung udara pada tabung durhamnya saja karena kekeruhan atau perubahan warna yang terjadi bisa saja disebabkan oleh efek sampel yang digunakan, ketidaksterilan pelaksanaan praktikum sehingga sampel terkontaminasi ataupun karena proses pemanasan dalam autoklaf.
Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C (Anonim, 2009).
Praktikum kali ini dilakukan dengan metode MPN seri 3 tabung. Sampel yang digunakan dalam metode ini sama seperti yang digunakan dalam metode hitungan cawan yaitu minuman teh rasa buah. Sampel dimasukkan ke dalam media tanpa dilakukan pengenceran terlebih dahulu. Pemberian sampel pada tiap seri tabung berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Strength) yang memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Strength) yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr. Warna kesembilan tabung reaksi tersebut hampir sama, yaitu merah, tetapi dengan kadar kepekatan berbeda. (Tabung 10 ml > tabung 1 ml > tabung 0,1 ml ).  
Sampel yang dimasukkan kedalam tabung reaksi media LB-SS sangat sedikit. Apabila menggunakan pipet tetes sangat sulit menentukan ketepatannya. Oleh sebab itu digunakan alat khusus yakni fintipp. Cara penggunaannya, pertama dengan mengatur setting ukuran yang diinginkan, dengan cara memutarnya. Kemudian dengan perlakuan steril (dekat dengan bunsen), sampel diambil dengan cara menekan fintipp sekali hingga sampel cair tersebut terambil. Kemudian ditekan sekali lagi untuk melepaskannya.
Kemudian setelah diinkubasi, diperoleh hasil akhir dari pengamatan kelompok 2 dengan sampel air kran pada ketiga tabung LBDS berisi 10 ml larutan yaitu semua tabung bernilai positif dimana pada ketiga tabung tersebut terbentuk gelembung gas pada tabung durham. Warna pada tabung reaksi pun menjadi merah muda keruh karena pengaruh adanya aktivitas bakteri yang memfermentasi laktosa menjadi asam atau karena aktivitas bakteri pembentuk basa. Namun, seharusnya bila ada bakteri pembentuk asam perubahan warna terlihat jelas menjadi kuning karena petumbuhan bakteri tersebut.
Pada ketiga tabung LBSS 1 ml semua tabung bernilai positif dimana pada ketiga tabung tersebut terbentuk gelembung gas pada tabung durhamnya. Warna pada tabung reaksi pun menjadi lebih keruh dibanding warna awalnya dan warnanya menjadi lebih muda. Pada ketiga tabung LBSS 0,1 ml ada 2 tabung yang bernilai positif karena terbentuk kekeruhan dan juga gelembung gas pada tabung durham. 1 tabung yang tersisa hanya terlihat perubahan warna saja sehingga bernilai negatif dan berarti tidak tumbuh bakteri pembentuk asam.
Jadi, nilai seri MPN yang terbentuk dari komposisi LBDS 10 ml, LBSS 1 ml dan LBSS 0,1 ml adalah 3, 3, 2. Kombinasi angka tersebut dicocokkan dengan nilai pada tabel MPN yaitu bernilai 11,00. Setelah diketahui nilai MPN, maka dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
MPN sampel = Nilai MPN tabel x 1/pengenceran tabung tengah
Sedangkan pada kelompok lain dengan sampel tempe, air es, dan limbah tahu, hasil yang didapat setelah diinkubasi selama dua hari pada suhu 37°C terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme tersebut terlihat dari adanya perubahan warna media dari merah menjadi kuning atau oranye. Hal tersebut menunjukkan adanya bakteri yang memfermentasi laktosa menjadi asam. Selain perubahan warna, terlihat juga adanya endapan pada dasar tabung dan lapisan pada permukaan cairan. Namun, tidak semua tabung bernilai positif, ada juga yang bernilai negatif karena tidak terbentuk gelembung gas pada tabung durham.

VII. KESIMPULAN

  1. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut.
  2. Analisis kuantitatif mikroorganisme pada bahan pangan berdasarkan perhitungan jumlah sel terdiri dari (1) metode perhitungan cawan; (2) Most Probable Number (MPN); (3) hitungan mikroskopik langsung.
  3. Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan cawan digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Count (SPC). Perhitungan dengan standar SPC menggunakan cawan dengan jumlah koloni antara 30 sampai 300.
  4. Semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit bakteri dan tanda metabolisme yang ada.
  5. Pada perhitungan MPN, adanya gas pada tabung durham dan kekeruhan pada tabung reaksi menunjukkan bahwa tabung tersebut bernilai positif.
  6. Jika dalam suatu tabung reaksi hanya terjadi kekeruhan tanpa adanya gelembung gas, tabung tersebut dinyatakan negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Perhitungan Jumlah Bakteri. Diakses di http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/perhitungan-jumlah-bakteri/commentpage-1/. (Diakses pada tanggal 21 April 2012).

Anonim. 2009. Bab 4 Isolasi Mikroorganisme. Diakses di http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-4-isolasi-mikroorganisme.html. (Diakses pada tanggal 21 April 2012).

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pelzcar,    dan    Chan.  1986.   Dasar-dasar   Mikrobiologi.   Penerbit   Universitas Indonesia ( UI-Press) : Jakarta.

Sukarminah E., Sumanti, D.M. dan Hanidah,I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Penerbit Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran : Jatinangor. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar