Analisis Kuantitatif Mikroorganisme pada Bahan Pangan
KELOMPOK 2A
RIFA MUFIDAH 240210110001
AILSA GIOVANNI
240210110018
ISMI RIZKY 240210110036
FATHYA
ISTIQOMARIL 240210110044
FADLI
BAYANULLOH 240210110049

JURUSAN
TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
PROSEDUR
Perhitungan Jumlah Bakteri
dengan Petroff Hauser
§
Objek gelas dibersihkan.
§
Secara aseptic diambil
1 loop kultur bakteri, diletakkan pada kotak Petroff Hauser yang diletakkan
pada objek glass.
§
Objek glass ditutup
dengan cover penutup.
§
Kemudian diamati dengan
menggunakan mikroskop pada pembesaran 1000x dengan minyak imersi.
§ Jumlah
bakteri rata-rata dihitung
Perhitumgan Mikroorganisme dengan Metode Agar Cawan
§ Diambil 5 gram sampel padat, dimasukan ke dalam 45 ml
larutan pengencer. Untuk sampel cair diambil 1 ml, dimasukan ke dalam 9 ml
larutan pengencer.
§ Selanjutnya dibuat pengenceran sampai 10-5.
§ Diambil 1 ml pada pengenceran 10-3, 10-4,
dan 10-5. Dimasukan ke dalam cawan petri.
§ Dituangkan ± 15 ml PCA cair (sudah disterilkan) ke dalam
cawan dan digoyangkan secara mendatar atau angka delapan di atas meja supaya
sampel menyebar dengan rata.
§ Setelah agak beku, diinkubasikan dengan posisi terbalik
pada suhu 30°C selam 3 hari.
§ Dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada cwan dan laporkan
sebagai jumlah koloni per ml menurut perhitungan Standar Plate Count (SPC).
Perhitungan Mikroorganisme dengan Metode MPN (Most
Probable Number)
§ Disediakan 9 tabung reaksi yang
mana 3 seri tabung reaksi yang besar
berisi LB-DS dan 6 seri tabung
sedang berisi LB-SS.
§ LB-DS sebanyak 101 atau
10 ml dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi besar.
§ LB-SS juga diisikan ke dalam
3 tabung reaksi sebanyak 100 atau
1 ml dan 3 tabung reaksi berikutnya sebanyak
10-1 atau 0,1 ml.
§ Kemudian seluruh tabung tersebut
diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari.
§ Terbentuknya
kekeruhan dan gas dalam tabung durham diamati.
§ Jumlah
tabung positif dari masing-masing pengenceran dicatat.
§ Lalu
dicocokkan dengan tabel yang menunjukkan nilai MPN (untuk tabel 3 seri).
§ Dihitung nilai MPN sampel
PEMBAHASAN
Analisis kuantitatif
mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan
pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan
tersebut. Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah
jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan yang dapat dibedakan atas
beberapa kelompok, yaitu berdasarkan perhitungan jumlah sel yang terdiri atas
hitungan mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (Most Probable Number),
berdasarkan perhitungan massa sel secara langsung yang terdiri atas volumetrik,
gravimetrik, dan kekeruhan (turbidimetri), dan berdasarkan perhitungan massa
sel secara tidak langsung yang terdiri atas analisis komponen sel (protein, DNA, ATP, dan
sebagainya), analisis
produk katabolisme (metabolit primer atau sekunder, panas),
dan analisis konsumsi
nutrient (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, dan sebagainya)
(Buckle, 1987).
Pada
praktikum kali ini dilakukan percobaan perhitungan mikroskopik analisis
kuantitatif bakteri pada bahan pangan berdasarkan perhitungan jumlah sel.
Analisis kuantitatif mikroorganisme yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode
Pettroff Hauser, metode hitungan cawan, dan metode Most Probable Number (MPN).
Perhitungan
Jumlah Bakteri dengan Petroff-Hauser
Perhitungan secara langsung dapat dilakukan secara
mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat
kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang
terdapat antar cover glass dan alat
ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu
bujur sangkar juga tertentu (Pelczar,2005).
Ruang hitung terdiri dari satu kotak besar yang dibagi
menjadi 25 kotak sedang. Setiap kotak sedang dibagi menjadi 16 kotak kecil. Sel
bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga
jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah Haemocytometer. Dalam
alat tersebut diketahui :
·
Luas kotak kecil =
0,0025 mm2
·
Tebal = 0,1 mm
·
Sisi kotak kecil = 0,05 mm
·
Sehingga didapat
sisi kotak sedang = 0,05 x 4
= 0,2 mm
·
Volume kotak sedang
= 0,2 x 0,2 x 0,1
=
4 x 10-3 mm
=
4 x 10-6 ml
Menurut Pelczar (2005), metode
ini memberikan keuntungan bagi penggunanya karena merupakan metode yang cepat
dan murah, tetapi mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut :
1. Sel-sel
yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel-sel hidup. Oleh karena itu,
keduanya akan terhitung.
2. Sel-sel
yang berukuran sangat kecil sukar dilihat di bawah mikroskop, sehingga
kadang-kadang tidak terhitung.
3. Untuk
mempertinggi ketelitian, jumlah sel di dalam suspensi harus cukup tinggi. Hal
ini disebabkan dalam setiap bidang pandang yang diamati harus terdapat sejumlah
sel yang dapat dihitung.
4. Tidak
dapat digunakan untuk menghitung sel jasad renik di dalam bahan pangan yang
banyak mengandung debris atau ekstrak makanan, karena hal ini akan mengganggu
dalam perhitungan sel.
Sampel yang digunakan adalah susu
murni dan kemungkinan bakteri yang akan terlihat di bawah mikroskop adalah
bakteri Lactobacillus Bulgaricus yang
sering terdapat pada produk susu (Sukarminah,2010). Pada
pengamatan menggunakan metode
Petroff Hauser ini,
dihitung jumlah sel bakteri pada setiap kotak di ujung
kotak besar (4 kotak sedang). Pada pengamatan di tiap kotak didapat 30, 2, 2,
dan 42 sel bakteri. Untuk menghitung jumlah bakteri per ml digunakan rumus :
Jumlah sel bakteri = rata-rata bakteri tiap kotak sedang
ml volume kotak sedang
ml volume kotak sedang
Dengan mengetahui berapa
jumlah sel bakteri pada suatu sampel, kita dapat membandingkannya dengan suatu
standar yang memuat batasan-batasan berapa jumlah mikroorganisme maksimal yang
diijinkan yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI), pada kategori pangan susu segar yang akan diproses lebih
lanjut (susu sapi, kuda, kambing, dan ternak lain), batas maksimum yang
diperkenankan pada jenis cemaran ALT (Analisis Lempeng Total) yakni jumlah
secara keseluruhan = 1 x 106
koloni/ml (Anonim, 2009). Batasan ini sangat menyimpang dari hasil pengamatan
yang didapat. Jumlah koloni yang terkandung dalam bahan pangan seharusnya tidak
lebih dari standar. Jumlah yang menyimpang tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai faktor baik pada saat pemanenan ataupun pada saat akan diolah,
seperti:
-
Kehigienisan rendah
-
Kontaminasi dari udara
-
Masa simpan yang
terlalu lama
- dan lain sebagainya.
- dan lain sebagainya.
Perhitungan Mikroorganisme dengan Metode Agar Cawan
Prinsip dari metode
hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada
medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop. Koloni yang tumbuh tidak selalau berasal dari satu sel
mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme cenderung membentuk kelompok atau
rantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s)
per ml. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan
pengenceran bertingkat dari sebuah sampek yang ingin diketahui jumlah
bakterinya (Fardiaz, 1992). Cara menghitung sel relatif atau CFU’s per ml
adalah :
CFU/ml = jumlah koloni x faktor pengenceran
Sebelum melakukan
perhitungan terhadap mikroorganisme, terlebih dahulu dilakukan pemupukan
mikroorganisme pada media PCA dengan suatu sampel. Sampel yang digunakan antara
lain tempe, air kran, air es, dan limbah tahu. Sampel yang akan digunakan
kemudian dilakukan pengenceran sampai 10-5. Pengenceran tersebut
dilakukan supaya koloni yang tumbuh tidak terlalu banyak sehingga dapat
dihitung. Larutan yang digunakan untuk mengencerkan adalah NaCl fisiologis yang
bertujuan untuk mempertahankan kondisi pH larutan dan kondisi yang steril.
Pengambilan sampel dilakukan secara aseptik dan pada setiap pengenceran
dilakukan pengocokan kira-kira sebanyak 25 kali untuk memisahkan sel-sel
mikroba yang bergabung menjadi satu.
Pengenceran
10-3, 10-4, dan 10-5 kemudian dituangkan
masing-masing sebanyak 1 ml sampel ke dalam cawan petri. Lalu, dituangkan pula
media PCA dan digoyang secara mendatar atau membentuk angka delapan di atas
meja supaya sampel menyeber menjadi rata. Lalu diinkubasi dalam inkubator dengan
suhu 30oC) selama tiga hari. Metode penanaman sampel ini dikenal
dengan metode agar tuang (pour plate).
Selain metode agar tuang, cara pemupukan dalam hitungan cawan juga dapat
menggunakan metode lain yaitu metode permukaan (spread plate) (Sukarminah, 2010). Penanaman sampel dilakukan dari
beberapa tabung pengenceran terakhir dengan tujuan isolasi (mendapatkan koloni
tunggal) (Anonim, 2009).
Setelah diinkubasi selama tiga hari, terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme pada ketigas cawan. Pertumbuhan tersebut, terlihat dengan adanya koloni-koloni mikroorganisme yang berbentuk bulat dan berwarna kuning pucat. Menurut Anonim (2008), perhitungan koloni harus dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Setelah diinkubasi selama tiga hari, terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme pada ketigas cawan. Pertumbuhan tersebut, terlihat dengan adanya koloni-koloni mikroorganisme yang berbentuk bulat dan berwarna kuning pucat. Menurut Anonim (2008), perhitungan koloni harus dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Satu koloni dihitung 1 koloni.
2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2
koloni.
5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan)
tidak dihitung.
6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1
koloni.
Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan
cawan digunakan suatu standar yang disebut Standard
Plate Count (SPC). Menurut Sukarminah (2010), syarat menghitung
koloni dengan standar SPC adalah sebagai berikut :
1.
Cawan
yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300.
2.
Beberapa
koloni yang bergabung dihitung satu koloni.
3.
Perbandingan
jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran
yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya; jika sama atau lebih kecil dari
2 hasilnya di rata-ratakan tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah
koloni hasil pengenceran sebelumnya. Jika di duplo perhitungannya juga sama.
Dalam praktikum ini, hasil yang terdapat pada cawan kelompok 2 dengan sampel air kran semuanya kurang dari 30 koloni. Menurut Fardiaz (1992), hal tersebut menunjukkan bahwa pengenceran yang dilakukan terlalu
tinggi. Oleh
karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tetapi hasil akhirnya tetap dicantumkan dalam tanda kurung.
Menurut Fardiaz (1992), data yang dilaporkan
sebagai SPC harus mengikuti peratura-peraturan sebagai berikut :
1.
Jumlah
koloni yang dilaporkan terdiri dari 2 digit yaitu angka satuan dan angka
sepersepuluh yang dikalikan dengan kelipatan 10 (eksponensial), misalnya 2,3 × 104, bukan 2,34 × 104. Pembulatan keatas dilakukan pada angka seperseratus yang
sama atau lebih besar dari lima, missal 2,35 × 104 menjadi 2,4 × 104,
atau 2,34 × 104 menjadi 2,3 × 104.
2.
Bila
diperoleh perhitungan < 30 dari semua pengenceran, maka hanya dari
pengenceran terendah yang dilaporkan. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
10-3
|
10-4
|
10-5
|
SPC
|
Keterangan
|
2
|
6
|
2
|
<3,0×104
(6,0×104) CFU/ml
|
Hitung pengenceran 10-4
|
3. Bila diperoleh perhitungan > 300 dari semua pengenceran,
maka laporannya adalah 300 dikali faktor pengenceran dengan menuliskan hasil
yang sebenarnya dalam tanda kurung. (hasil yang sebenarnya diperoleh dari
pengenceran tertinggi).
4. Bila ada 2 cawan, masing-masing dari pengenceran rendah dan
tinggi yang berurutan dengan jumlah koloni 30-300 dan hasil bagi dari jumlah koloni
pengenceran tertinggi dan terendah ≤ 2, maka jumlah yang dilaporkan adalah
nilai rata-rata. Jika hasil bagi dari pengenceran tertinggi dan terendah > 2
maka jumlah yang dilaporkan adalah dari cawan dengan pengenceran terendah.
5. Apabila setiap pengenceran digunakan 2 cawan petri (duplo),
maka jumlah angka yang digunakan adalah rata-rata dari kedua nilai jumlah
masing-masing tingkat pengenceran setelah diperhitungkan. Untuk lebih mudahnya
dihitung vertikal (dalam satu tingkat pengenceran) dahulu kemudian horisontal
(antar pengenceran). Jika dalam satu tingkat pengenceran dijumpai hanya salah
satu yang masuk dalam kisaran 30-300, maka nilai yang tidak masuk tetap
diperhitungkan.
Hasil perhitungan SPC dalam praktikum disajikan dalam tabel
berikut :
Sampel
|
Jumlah Koloni per
Pengenceran
|
SPC
|
Keterangan
|
||
10-3
|
10-4
|
10-5
|
|||
Tempe
|
TBUD
|
TBUD
|
300
|
3,0×107 CFU/gram
|
Hitung pengenceran 10-5
|
Air kran
|
2
|
6
|
2
|
<3,0×104
(6,0×104) CFU/ml
|
Hitung pengenceran 10-4
|
Air es
|
14
|
5
|
1
|
<3,0×104
(1,4×104) CFU/ml
|
Hitung pengenceran 10-3
|
Limbah tahu
|
128
|
TBUD
|
2
|
<3,0×105
(2,0×105) CFU/ml
|
Hitung pengenceran 10-5
|
Ket : TBUD = Terlalu
Banyak Untuk Dihitung / TNTC (Too Numerous To Count)
Perhitungan Mikroorganisme dengan Metode
MPN
Berbeda
dengan metode agar cawan yang menggunakan medium agar, dalam metode MPN
digunakan metode cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan yang dilakukan
merupakan tahap pendekatan secara statistik. Pada umumnya untuk setiap
pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Semakin banyak tabung reaksi yang
digunakan akan menunjukkan ketelitian yang semakin tinggi. Pengenceran harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang
diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel
mikroba, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Setelah diinkubasi,
diharapkan pada beberapa tanbung terjadi pertumbuhan (positif), sedangkan
tabung lainnya tidak terjadi pertumbuhan
(negatif).
Media yang
digunakan adalah LB (Lactose Broth), baik itu LBDS dan LBSS yang diberi indikator perubahan pH yaitu NR (Neutral Red) dan dimasukkan tabung durham. Tabung durham yang dipakai diletakkan pada posisis
terbalik, sebagai indikator untuk jasad renik pembentuk gas (Fardiaz, 1992).
Perlu diperhatikan ketika menyuntikkan media pada tabung durham tidak boleh
terbentuk gas karena akan mengganggu hasil pengamatan.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan, perubahan warna, atau terbentuknya gas di dalam tabung durham.
Namun, bila dalam suatu tabung hanya terjadi kekeruhan atau
perubahan warna tanpa adanya gelembung
gas, tabung tersebut dinyatakan negatif. Gelembung udara yang dihasilkan pada
tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas respirasi mikroorganisme. Kekeruhan dan perubahan warna yang terdapat pada tabung reaksi juga disebabkan karena
adanya aktivitas dari suatu mikroorganisme. Kekeruhan yang terjadi pada setiap tabung reaksi tersebut berbeda-beda, ada yang mengalami kekeruhan
pada bagian permukaannya saja dan ada juga yang mengalami kekeruhan secara merata. Tetapi untuk pengamatan yang lebih akurat,
tabung reaksi dinyatakan positif bila terdapat gelembung udara pada tabung
durhamnya saja karena kekeruhan atau perubahan warna yang terjadi bisa saja
disebabkan oleh efek sampel yang digunakan, ketidaksterilan pelaksanaan
praktikum sehingga sampel terkontaminasi ataupun karena proses pemanasan dalam
autoklaf.
Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri
pada air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan
kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram
negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi
asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C (Anonim,
2009).
Praktikum kali ini dilakukan dengan metode MPN seri 3 tabung. Sampel
yang digunakan dalam metode ini sama seperti yang digunakan dalam metode
hitungan cawan yaitu minuman teh rasa buah. Sampel dimasukkan ke dalam media
tanpa dilakukan pengenceran terlebih dahulu. Pemberian sampel pada tiap seri
tabung berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Strength) yang
memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose
(10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan
0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Strength) yang
berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr. Warna kesembilan
tabung reaksi tersebut hampir sama, yaitu merah, tetapi dengan kadar kepekatan
berbeda. (Tabung 10 ml > tabung 1 ml > tabung 0,1 ml ).
Sampel yang dimasukkan
kedalam tabung reaksi media LB-SS sangat sedikit. Apabila menggunakan pipet
tetes sangat sulit menentukan ketepatannya. Oleh sebab itu digunakan alat
khusus yakni fintipp. Cara
penggunaannya, pertama dengan mengatur setting
ukuran yang diinginkan, dengan cara memutarnya. Kemudian dengan perlakuan
steril (dekat dengan bunsen), sampel diambil dengan cara menekan fintipp sekali hingga sampel cair
tersebut terambil. Kemudian ditekan sekali lagi untuk melepaskannya.
Kemudian
setelah diinkubasi, diperoleh hasil akhir dari pengamatan kelompok 2 dengan sampel air kran
pada ketiga tabung LBDS berisi 10 ml larutan yaitu semua
tabung bernilai positif dimana pada ketiga tabung tersebut terbentuk gelembung
gas pada tabung durham. Warna pada tabung reaksi pun menjadi merah muda keruh
karena pengaruh adanya aktivitas bakteri yang memfermentasi laktosa menjadi
asam atau karena aktivitas bakteri pembentuk basa.
Namun, seharusnya bila ada bakteri
pembentuk asam perubahan warna terlihat jelas
menjadi kuning karena petumbuhan
bakteri
tersebut.
Pada
ketiga tabung LBSS 1 ml
semua tabung bernilai positif dimana pada ketiga tabung tersebut terbentuk gelembung
gas pada tabung durhamnya. Warna pada tabung reaksi pun menjadi lebih keruh dibanding
warna awalnya dan warnanya menjadi lebih muda. Pada ketiga tabung LBSS 0,1 ml ada 2 tabung
yang bernilai positif karena terbentuk kekeruhan dan juga gelembung gas pada tabung durham. 1 tabung yang tersisa hanya terlihat perubahan warna saja
sehingga bernilai negatif dan berarti tidak tumbuh bakteri pembentuk asam.
Jadi, nilai seri MPN yang
terbentuk dari komposisi LBDS 10 ml, LBSS 1 ml dan LBSS 0,1 ml adalah
3, 3, 2. Kombinasi angka tersebut dicocokkan dengan nilai pada
tabel MPN yaitu bernilai 11,00. Setelah diketahui nilai MPN, maka dilakukan
perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
MPN sampel = Nilai MPN tabel x 1/pengenceran tabung tengah
MPN sampel = Nilai MPN tabel x 1/pengenceran tabung tengah
Sedangkan
pada kelompok lain dengan sampel tempe, air es, dan limbah tahu, hasil yang
didapat setelah diinkubasi selama dua hari pada suhu 37°C terlihat adanya
pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme tersebut terlihat dari
adanya perubahan warna media dari merah menjadi kuning atau oranye. Hal
tersebut menunjukkan adanya bakteri yang memfermentasi laktosa menjadi asam.
Selain perubahan warna, terlihat juga adanya endapan pada dasar tabung dan
lapisan pada permukaan cairan. Namun, tidak semua tabung bernilai positif, ada
juga yang bernilai negatif karena tidak terbentuk gelembung gas pada tabung
durham.
- Analisis kuantitatif
mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu
bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada
bahan pangan tersebut.
- Analisis kuantitatif
mikroorganisme pada bahan pangan berdasarkan perhitungan jumlah sel
terdiri dari (1) metode perhitungan cawan; (2) Most Probable Number (MPN);
(3) hitungan mikroskopik langsung.
- Untuk
melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan cawan
digunakan suatu standar yang disebut Standard
Plate Count (SPC). Perhitungan dengan standar SPC menggunakan cawan
dengan jumlah koloni antara 30 sampai 300.
- Semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit
bakteri dan tanda metabolisme yang ada.
- Pada perhitungan MPN, adanya gas pada tabung durham dan kekeruhan pada tabung reaksi menunjukkan
bahwa tabung tersebut bernilai positif.
- Jika dalam suatu tabung reaksi hanya terjadi kekeruhan tanpa adanya gelembung gas, tabung tersebut dinyatakan negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008. Perhitungan Jumlah Bakteri. Diakses di http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/perhitungan-jumlah-bakteri/commentpage-1/. (Diakses pada tanggal
21 April 2012).
Anonim.
2009. Bab 4 Isolasi Mikroorganisme. Diakses di http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-4-isolasi-mikroorganisme.html. (Diakses pada tanggal
21 April 2012).
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan Wootton. 1987. Ilmu
Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas
Indonesia (UI-Press): Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992.
Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press) : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar